PROFIL DAYAH PONDOK PENDIDIKAN ISLAM
NURUL YAQIN
Dayah Nurul Yaqin bernama lengkap Pondok Pendidikan Islam Nurul Yaqin yang bertempat di Gampong Jeulikat Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Dayah Nurul Yaqin merupakan sebuah dayah yang sudah sangat lama beroperasi yakni dari tahun 1962 yang pada masa itu belum menjadi sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berada dibawah badan Hukum. Pada tahun 1962, pengajian masih dilakukan di rumah oleh Tgk. Abdul Manaf bin Tgk M. Thaib yang pada waktu itu berusia sekitar 22 tahun dan santri pada saat itu berjumlah 20 orang.
Pada tahun 1963, Jumlah santri bertambah menjadi 35 orang dan pada saat itu, Tgk Abdul Manaf dibantu dengan swadaya masyarakat Desa Jeulikat, berhasil mendirikan sebuah Balai bambu yang digunakan sebagai tempat belajar mengajar karena dengan bertambahnya santri tidak memungkinkan lagi pengajian dilakukan di rumah.
Selama kurun waktu yang panjang, Tgk. Abdul Manaf tetap menggunakan Balai tersebut untuk menjalankan pengajian. seiring dengan jumlah santri yang semakin hari semakin bertambah, maka balai bambu ditambah lagi. Sampai dengan tahun 1981 balai bambu tersebut masih digunakan.
Tahun 1981 – 1984 diadakan rapat dengan wali santri dan masyarakat desa untuk mencari solusi terhadap jumlah santri yang bertambah dengan kapasitas daya tampung balai yang tidak memungkinkan. Dan hasil kesepakatan bersama memutuskan untuk mendirikan sebuah Balai tambahan yang terbuat dari kayu beserta sebuah bak untuk tempat wudhu’ yang terbuat dari cincin sumur. Pada waktu itu jumlah satri sudah mencapai angka 85 orang yang semuanya laki-laki.
Setahun setelah pembangunan dimaksud yaitu pada tahun 1985, para santri sepakat untuk membuat sebuah Bak tempat wudhu’ yang lebih baik. Oleh karena itu, para santri mengambil inisiatif untuk melaksanakan gotong royong bersama dengan cara mengambil sendiri pasir di sungai yang ada di kawasan Krueng Inong, Buloh Blang Ara dan batu diambil di Lhok Kumbang yaitu sebuah tempat yang ada di Desa Jeulikat sendiri.
Setelah santri melaksanakan gotong royong, maka para wali murid dan Tgk. Abdul Manaf sendiri secara bersama-sama kembali berswadaya untuk membeli material lainnya yang dibutuhkan dalam proses pembangunan dimaksud. Sisa anggaran yang terkumpul dari hasil swadaya, digunakan untuk membeli sebuah pompa air.
Tahun 1998, salah seorang putra Tgk. Abdul Manaf yang bernama Tgk. Idris kembali ke Desa setelah menyelesaikan pendidikan di sebuah Pesantren yang ada di Kabupaten Bireuen yaitu Dayah Darul Ulum, Cot Tanoh Mirah Kec. Peusangan. Setelah kembalinya Tgk. Idris, maka tampuk Pimpinan diserahkan kepada beliau dan setelah Tgk. Idris menjalankan tugasnya selama beberapa bulan, maka Balai pengajian berubah statusnya menjadi sebuah pesantren dengan nama Pondok Pendidikan Islam Nurul Yaqin. Fasilitas yang sudah dimiliki antara lain : 5 (lima) balai, 11 bilik, 2 Bak tempat Wudhu’ dan MCK.
Kemudian, pada tanggal 04 Pebruari 2008, Tgk. Idris berpulang ke Rahmatullah. Dengan berpulangnya Tgk. Idris Ke Haribaan Allah, maka tampuk pimpinan kembali kepada Tgk. Abdul Manaf. Saat ini, Tgk. Abdul Manaf sudah berusia sekitar 80 tahun, untuk itu, beliau kembali memanggil Alumni Dayah Nurul Yaqin yang sudah menyelesaikan pendidikan di beberapa dayah yang ada di Kab. Aceh Utara, Bireuen dan Lhokseumawe untuk membicarakan kelangsungan proses belajar mengajar, juga nasib ratusan santri yang ada.
Dengan demikian, pada tanggal 02 Juni 2008, terbentuklah struktur pengurus Dayah yang baru. Struktur kepengurusan yang baru ini merupakan hasil keputusan rapat yang diadakan di Dayah Nurul yaqin.
Dasar Pemikiran
Era globalisasi dan modernisasi yang melanda berbagai belahan dunia termasuk Indonesia dan seluruh wilayahnya dewasa ini, turut menyeret berbagai elemen masyarakat ke dalamnya. Pemilahan antara positif dan negative terhadap imbas dari kemajuan tersebut sangat minim dilakukan oleh berbagai pihak khususnya yang menyangkut dengan kebudayaan dan masalah keagamaan.
Hal tersebut seakan-akan telah membuat norma-norma yang selama ini terjaga terkontaminasi. Memang sejujurnya kita semua mengakui bahwa imbas dari kemajuan tersebut juga memiliki sisi positif demi perkembangan masyarakat tetapi tentunya sangat dibutuhkan sekali filter yang mampu menyaring setiap sisi negative yang dibawa.
Dayah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memposisikan diri sebagai pencetak generasi yang mengutamakan IMTAQ serta memelihara kestabilan hidup manusia demi kebahagian dunia dan akhirat. Fungsi ini tentunya tidak bersifat monoton karena dalam struktur pendidikan dayah, tidak pernah menghambat setiap kemajuan yang ada namun dayah akan menjadi sebuah badan pengawas informal terhadap perilaku dan ke-modernisasi-an yang kebablasan yang saat ini telah dipraktekkan oleh para generasi muda.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka kami dari Dayah Nurul Yaqin juga mempunyai Visi dan Misi yang sama untuk mendidik kader-kader Islam yang bertanggung jawab di masa yang akan datang. Tanggung jawab dimaksud berkenaan langsung dengan penguatan Aqidah dan kemampuan menyeleksi serta membendung kemajuan yang sifatnya negative tersebut.
Saat ini, Dayah Nurul Yaqin mendidik sekitar 179 santri yang terdiri dari 96 santriwan dan83 santriwati, yang proses belajar mengajarnya di 7 balai dan 11 bilik sebagai tempat menginap bagi santriwan maupun santriwati. Jika dilihat keseluruhan dari suasana dan fasilitas di kompleks dayah, bisa dikatakan masih jauh dari kesempurnaan dan sarat dengan kekurangan.